Kamis, 27 November 2025

Agak Laen: Menyala Pantiku!



November 27th, Cloudy


Disclaimer: Pengalaman menonton film dan penilaianku terhadap film ini merupakan penilaian subjektif. Jadi, bagi kalian yang merasa puas atau tidak puas, lebih nyaman nonton yang pertama, tidak masalah. Kita semua bebas berpendapat, selama tidak menyinggung orang lain, apalagi sampai berbuat rusuh seperti di adegan film Agak Laen: Menyala Pantiku itu sendiri.


Heiheeiiii semuanyaaa!!! Kembali lagi bersama Pink Azalea a.k.a Asalia Rizky Putri di blogspotnya yang penuh curhatan, karena kalau curhat di medsos, jatohnya spam! HAHAHAHAHAHAHA!

Well, hari ini aku pergi ke suatu tempat yang nggak jauh kayak Perpustakaan Jakarta, Perpustakaan Nasional, atau Masjid Istiqlal, melainkan ke Cinepolis Tamini Square. Yes, aku nonton lagi. Entah kenapa, sekarang film udah kayak 'makananku' di samping buku. Bahkan, istilah-istilah dalam perfilman sudah mulai aku pahami sedikit demi sedikit. Kebanyakan nonton channel Ngelantur Indonesia deh kayaknya. Wekekekekek.

Film Agak Laen: Menyala Pantiku merupakan film ke-6 di tahun 2025 yang aku tonton langsung di bioskop. Waktu awal tahun, aku nonton 1 Kakak 7 Ponakan, yang sekarang aku jadiin objek untuk proposal tesisku; lalu bulan Maret nonton Snow White yang penontonnya cuma aku doang; Jumbo yang laris manis sampe ada aja rombongan sekolah yang dateng buat nobar; How To Train Your Dragon yang alur, visual, dan audionya plek ketiplek banget dari versi kartun; Panggil Aku Ayah yang merupakan remake dari film Pawn, yang menurutku film ini nggak terlalu 'heboh' kayak Miracle in Cell No.7; dan sekarang Agak Laen: Menyala Pantiku.

Aku nonton tanggal 27 November 2025, tepat ketika hari pertama filmnya rilis. Beberapa hari sebelumnya aku udah cek aplikasi M-Tix, film Agak Laen bisa di-tag gak yah seat-nya meskipun belum rilis? Wow, ternyata bisa! Akhirnya aku langsung tag seat A12 di Cinepolis Tamini Square, tanggal 27 November. Kebetulan tanggal 27 November adalah hari Kamis, jadi aku berharap dapat harga yang lebih 'murah'. Karena bioskop pada umumnya ketika hari Jumat-Sabtu-Minggu, harga tiketnya bisa lebih mahal dari weekdays. Dari pada nunggu minggu depan, mending hari pertama rilis aja deh. Kalau hari Senin, aku sibuk nyusun materi ngajar. Selasa, aku ngajar. Rabu, ada waktu sih, tapi kelamaan ah, keburu dapet berita spoiler dari mana-mana, mending sekarang aja!-_-

Tayangan pertama ada di pukul 13.00 WIB. Sesuai dengan jam makan siangku(?) jadi, sebelum berangkat, aku salat dan makan dulu. Nggak usah pake skincare-an segala. Orang cuma mau pergi sendirian, ujung-ujungnya duduk di tempat gelap, ngapain dandan? Weks. Aku berangkat jam setengah 1 kurang, dan syukurlah sampe di sana pintu teaternya belum dibuka.


Foto dulu lah poster filmnya, buat dipamerin di medsos. WEKAWEKAWEKA.


Pas pintu teater dibuka, aku dan para penonton yang udah nunggu di luar langsung masuk ke teater 1. Kukira nggak bakal rame, karena Cinepolis Tamini Square sering sepi pengunjung. Tapi, diluar dugaan, lho! Banyak yang dateng! Rata-rata pada rombongan remaja. Tapi, tetep aja, aku duduk di barisan A sendirian. Tempat yang harusnya buat pasangan kekasih, tapi malah aku jadiin tempat berkuasa biar lebih leluasa bergerak! (apaansih).


Makin banyak yang berdatangan~~~


Oke, sekarang ke pembahasanku mengenai filmnya. Aku menganggap film ini lebih gila dan gokil dari film sebelumnya. Konsepnya bukan cerita bersambung atau sekuel. Ibarat aku yang seorang cerpenis, nggak suka bikin cerita bersambung, lebih seneng satu judul, satu cerita, selesai. Kalau mau buat karya baru, buat aja cerita baru, begitulah kira-kira analoginya. Member Agak Laen juga udah bilang di podcast-nya Raditya Dika kalau mereka mau ngikutin konsepnya Warkop DKI. Jadi, nggak usah kaget kalau di film pertama mereka jadi hantu, di film kedua mereka malah jadi detektif. Ibarat kumpulan cerpen, setiap judul, pasti ceritanya beda-beda. Aku juga sempat melihat di ending credits, ada kalimat "Sampai jumpa di cerita Agak Laen selanjutnya". Nah, mau bikin film lagi nih? Rilis tahun berapa kira-kira? Hm ....

Gila dah, awal adegan, udah keliatan akting empat sekawan alias Boris, Bene, Jegel, dan Oki yang sedang menangkap seorang tersangka ... tapi salah target-__- asem bener. Inti cerita dalam film ini adalah empat sekawan tersebut harus mencari seorang pembunuh yang telah membunuh seorang anak walikota, dan oknumnya berada di sebuah panti jompo. Agar proses penyelidikan mereka cepat dan akurat hasilnya, mereka harus menyamar menjadi bagian dari panti jompo tersebut. Bene dan Jegel jadi pengurus panti, sedangkan Oki dan Boris ... Oh My God, satu bioskop pada ketawa pas liat transformasi Oki dan Boris berubah jadi lansia. Aduh, aku nggak mau cerita banyak perihal itu, kau tonton saja sendiri! xD

Yang selalu aku representasikan setiap membaca novel atau menonton film pasti tentang tokohnya terlebih dahulu, baru premis ceritanya. Kalau di film Agak Laen yang pertama, setiap member punya problemnya masing-masing, kan? Oki dengan statusnya sebagai mantan narapidana dan sedang menyiapkan makam untuk ibunya ketika sudah tiada, Jegel dengan utang judinya, Bene dengan lamarannya, dan Boris dengan kariernya untuk menjadi tentara demi ibunya. Nah, kalau di film kedua problemnya agak laen(?) kali ini, Oki membutuhkan biaya untuk istrinya yang mau melahirkan, Jegel yang memiliki kewajiban mengirimkan uang untuk ibunya yang hidup sendirian di kampung, Bene yang harus membiayai kuliah adiknya, serta Boris yang sibuk mengurus perceraian dengan mantan istrinya. Eung ... gimana ya, lebih mantap menurutku sih. Apalagi perihal problemnya Bene, serasa kayak lagi lihat cermin. Dengan statusku yang masih jadi mahasiswa S-2, abis jadi M.Pd insyaallah mau lanjut jadi M.Li, dan itu nggak butuh biaya yang sedikit. Apalagi aku juga masih bergantung sama orang tuaku. Jadi, problem Bene ini yang bikin air mataku berlinang, udah campur air mata kebanyakan ketawa, ada pula momen harunya.

Aduh, semenjak aku baca novel J.S. Khairen yang berjudul Kami (Bukan) Sarjana Kertas, ada salah satu tokoh bernama Ogi, dari deskripsi yang berada di novel, tampang Ogi ini hampir mirip kayak Oki. Jadi, kalau aku baca serial novel Kami (Bukan), kalau udah baca bagian cerita Ogi, pasti yang terbayang di pikiranku malah sosok Oki. Mana fonemnya hampir sama pula. Oki dan Ogi. Awas ketuker mampus kau!-___-

Film ini juga mengandung banyak makna tersirat dan beberapa satire, hampir sama lah kayak Warkop DKI. Kalau kalian menonton film nggak hanya sekadar buat ajang hiburan, pasti ngerti deh maksudku pas udah nonton. Coba dihitung, ada berapa makna tersiratnya? Waakakakak.


Biar aku nggak keceplosan spoiler banyak-banyak, aku mau mengomentari setiap dialog dari trailer film Agak Laen: Menyala Pantiku. Karena aku hobi menganalisis dialog! (jiaahhhh)



Kalau melihat status mereka yang sudah menjadi detektif di film yang sekarang, aku jadi keinget Warkop DKI Reborn Part 1. Sama-sama polisi, sama-sama gokil, sama-sama lalai. Tetapi ada perbedaan di antara keduanya. Versi Agak Laen merupakan polisi merangkap detektif, meskipun berkali-kali gagal-_-

Dialog khas member Agak Laen juga masih ada. Seperti kalimat "aku ada ide" dari Jegel, lalu ada kalimat "terus cemana?" dari Oki. Membuatku bernostalgia dengan film sebelumnya. Dan di sini ekspresi emosi para member juga kuat banget. Banyak banget main tangannya! Apalagi Oki, aduh ... mantap jiwa juga dia kalau lagi marah-marah. Cocok kali ya kalau aku jadi Oki versi perempuan. Soalnya aku emosinya juga berat betul (???) tapi syukurlah aku nggak main tangan, aku cuma main sumpah-sumpahan di belakang (krik). Udah deh, kalau liat semua member saling adu emosi, kayaknya beda 180 derajat dengan video-video podcast mereka yang penuh celetukan dan tawa. Hehehehe.


Oh iya, ada pula ini final trailernya.




"Panteslah kalian berdua akrab, yang satu guguk, yang satu kuda. Hahahahaha!"
Alamak, aku yang selama ini selalu menentang menertawakan nama orang, kenapa jadi ikut ketawa, yak? 

"Papa sekarang lagi ngejar penjahat dulu."
"Kenapa nggak Om Oki aja yang dikejar? Kan Om Oki serem mukanya."
Jangan salahin anaknya ya, anak kecil kalau udah jujur emang jujurnya kebangetan. Maklumin aja, Ki :v

"Kalau risol-risol gitu ada nggak, Bu?"
Yeeee, udah baik dikasih telor rebus malah minta yang laen lu, Gel!

"Maaf kalau aku masih jadi beban ya, Bang."
"Jangan kau ngomong gitu."
Nah, ini yang paling ngena buat aku. Lalu, Bene bilang lagi ke adiknya, "Apa pun yang terjadi, kamu harus tetap jadi sarjana." Perkataan itu serasa menjadi nasihat tidak langsung buat aku yang lagi pusing kepala baru nyusun semprop doang. Tinggal ganti aja kata "sarjana"-nya jadi "magister." Bismillah, tahun depan lulus, deh. Aamiin ....

"Soalnya tadi tahi kucingnya dua, jadi satu orang bisa fokus di satu tahi."
Niat amat lu Bang ye. WKWKWKWKWKWK.


Aku merasa di setiap problem para tokoh utama, yang paling banyak ditunjukkin itu problemnya Boris. Karena perihal perceraian kali, ya. Proses perceraian juga setahu aku nggak semudah membalikkan telapak tangan. Harus ada proses pengadilan segala macem. Kalau untuk problemnya Oki, Jegel, dan Bene nggak diceritain secara kompleks. Aktingnya Boris pas lagi pelukan sama anaknya juga ngena banget lho. Serasa kayak liat adegan Miracle in Cell No.7 versi Indonesia.


Hm ... kalau disuruh kasih rating ... aku kasih berapa ya ...? Aku bukan ahli film sih ....

8/10 aja deh. Karena menurutku, ada suatu cerita yang "kurang" nalarnya, meskipun statusnya merupakan karya fiksi berbentuk film, tapi aku merasa nalarnya pun kurang jika dijadikan karya fiksi sekalipun. Selebihnya, mantap deh! Semoga alur cerita untuk film selanjutnya (kalau memang beneran ada) nggak kalah keren dari film ini dan film sebelumnya! Pesanku untuk kalian yang mau nonton film Agak Laen: Menyala Pantiku, siapkan mental kalian, karena ada beberapa adegan yang tidak terduga. Baik dari segi komedi maupun versi seriusnya. Film ini nggak cuma bikin full ngakak, tapi ada adegan menegangkannya juga. So, buat yang masih sekolah, belum jadi mahasiswa, alias berusia di bawah 17 tahun, jangan nonton dulu, ya! Hehehehe.



Nih, sekalian aku kasih lagu "keramat", ciri khas untuk film Agak Laen: Menyala Pantiku ^^


Tuhan, maafkan diri ini ... yang tak pernah bisa menjauh dari angan tentangnya ....
Namun, apalah daya ini ....
Bila ternyata sesungguhnya aku terlalu cinta dia~~~


ADUH, PLEASE SENYAM-SENYUM AKU PAS DENGER LAGU INI. SEMENJAK LAGU INI JADI BACKSOUND DI ADEGAN AGAK LAEN YANG BENERAN "AGAK LAEN", MAKNANYA UDAH GAK SAMA LAGI DAH AH! 

YUK PASUKAN YANG TINGGAL DI JAKARTA, MAU NOBAR? KUY, AKU PENGEN NONTON LAGI SERIUSAN DEH! HAHAHAHAHA!!!


Okay, sekian pembahasanku tentang pengalaman nonton dan penilaianku untuk film Agak Laen: Menyala Pantiku. Bagi yang sudah nonton, gimana menurut kalian? Kalian masih dukung versi horor atau versi misteri yang sekarang? Silakan comment~


Eh, bagi yang punya akun di Karyakarsa, mampir dong ke karyaku di akun pinkazalea21! Aku rencana mau update cerpen setiap hari Sabtu. Sambil aku menyelesaikan novelku yang insyaallah akan diterbitkan setelah lulus S-2 nanti. Jangan lupa like dan tipnya! Hihihihihihi! Sampai jumpa!


Salam hangat,
Pink Azalea




Sumber gambar
  • Dokumen pribadi
  • media.tenor.com

Minggu, 02 November 2025

Narrative-Associative Mnemonic Learner


November 2nd, Mostly Cloudy


Haihaiiii semuanyaaaa!!! Weekend ngapain aja nih? Kalau aku sih ujian! Huahahaha! Gak usah kaget, namanya juga kelas karyawan :v

Okay, kali ini aku mau cerita tentang pengalamanku yang berbasis edukasi (eaaaa). Jadi, tadi pagi, entah dapet pikiran dari mana aku jadi keinget Roche dan diriku sendiri.

Hah? Maksudnya?

Jadi gini, bagi kalian yang dulu rutin nonton Clash of Champions Season 2, dan udah nonton episode finalnya, pasti udah gak asing sama game memory stack yang dimainkan oleh Vannes dan Roche di round ke-2 final battle.

Roche di fase recall, mulai mengalahkan Vannes yang hampir membuat bingo

Nah, sebelum permainan dimulai, ada adegan Roche yang menjelaskan bagaimana sih dia menghafal pola-pola warna dari bunderan-bunderan merah putih tersebut? Dia bilang kalau dia itu tipe yang suka cerita-cerita alias membuat narasi. Misalnya ada pola merah-putih-putih-merah-putih, dia singkat jadi MPPMP, lalu dia buat cerita seperti ini, "MP panggil MP atau MP memanggil dirinya sendiri", lalu pola merah-merah-putih-putih-merah dia singkat jadi MMPPM yang dia buat cerita, "Mama Papa Makan",  dan seterusnya. Teknik menghafal ala Roche ini bisa disebut sebagai mnemonic technique, yaitu strategi atau trik mental untuk membantu mengingat informasi dengan cara mengaitkan data abstrak, baik itu dari angka, warna, maupun huruf, ke sesuatu yang lebih bermakna, seperti cerita, gambar, atau kata. 


Coba cek langsung ke bagian 1:06:39, Roche menjelaskan tentang teknik menghafalnya. Aku sih gak heran dan gak kagum juga, karena aku sudah banyak menemukan teknik menghafal yang seperti ini, begitu pula dengan aku sendiri.

Sebenernya nggak hanya Roche, ada Shafa dan Nadia yang juga merupakan peserta COC Season 2, mereka mempunyai teknik mnemonik saat menghafal kartu-kartu di babak shuffle and recall.


Di menit 17:55, Shafa menjelaskan kalau dia membuat semacam sequence dan menghasilkan film khayalan untuk menghafalkan kartu-kartu yang bejibun itu. Sedangkan Nadia di menit 18:23 hampir sama konsepnya kayak Roche, tapi dia mengibaratkan sebuah kartu agak beda jauh dengan khayalannya. Apa hubungannya 9 diamond dengan kotak musik? Dan apa hubungannya king diamond dengan ayahnya? Yah, itulah imajinasi seseorang, kadang tidak terduga! Hihihihihi. Jadi, menghafal gak harus selalu baca atau lihat, terus tutup mata, inget-inget, ucapin, kalau salah atau lupa buka mata lagi, baca atau lihat lagi, terus ucapin lagi, dan seterusnya, nggak harus begitu. Mental kita bisa dua kali lipat lebih bobrok kalau begitu. Hehehehe.

Okeh, sekarang giliran aku! Weleehhh, aku sampe ngobrol lho sama ChatGPT buat tanya-tanya perihal "keunikan" aku dalam menghafal. Yah, meskipun bukan menghafal dengan tujuan menjawab soal dari COC, tapi aku menghafal untuk "hidupku" sendiri. Apa saja itu? Kuy aku jelasin satu-satu, beserta rangkuman penjelasan dari ChatGPT.

***

1. Menghafal Perkalian
Sebenernya ini udah dari jaman SD aku lakuin (ya iyalah, kalau sampe SMP ke atas belum hafal perkalian, mati kau!). Yang paling aku inget saat menghafal perkalian adalah melihat angka-angka "ikonik" dari hasil perkalian tersebut. Mungkin pemikiranku hampir sama kayak Nadia. Misalnya, 3x3=9, aku pun menyimpulkan, kalau 3+3=6, berarti kalau dikali, angkanya kebalik jadi 9. Terus 7x7=49, entah kenapa aku merasa angka 49 ini ikonik banget di pikiran aku. Begitu pula dengan 3x7=21, 8x8=64, 9x9=81, dan HAMPIR SEMUANYA. Aku menganggap kalau angka-angka yang lagi aku hafalin itu bukan sekadar tugas buat dihafalkan, tapi merupakan sebuah simbol yang unik. Makanya aku bilang "angka-angka ikonik". Alasannya apa? Sebenernya susah dijelasin sih. He he he he he ....

Dari ChatGPT disimpulkan bahwa cara menghafalku ini merupakan conceptual association (logika dan cerita kecil).


2. Menghafal Password
Hihihihi, apa? Mikir apa? Mikir aku mau nyebar password seenaknya? Tidak semudah itu, Bro! *ngomong ala Roche* HAHAHAHAHAHA!

Kemarin, aku dapet kabar kalau kampusku bakalan ngadain UTS lewat google classroom. Jadi, kalau mau ngumpulin hasil jawaban harus submit di google classroom. Ternyata, sebelum masuk ke sebuah room angkatan aku, ada sebuah kode atau password yang harus dimasukkan terlebih dahulu. Kebetulan banget, kode untuk room angkatan aku tuh unik banget, ada kata "few" dan "die", terus di tengah-tengahnya ada angka. Aku pun langsung menyimpulkan "sedikit XXX yang mati", karena dalam bahasa Inggris, few itu artinya sedikit, dan die artinya mati. Jadi, aku nggak perlu ribet lagi buka daftar kode google classroom karena sudah hafal dengan kodenya meskipun nyampur antara huruf dan angka. Yah ... kalau kodenya lain lagi sih kayaknya lain cerita, ya.

Dari ChatGPT disimpulkan bahwa cara menghafal aku yang ini merupakan teknik mnemonik asosiasi semantik (semantic association mnemonic). Aku mengingat dengan cara menghubungkan arti kata-kata dan angka menjadi sebuah kalimat bermakna. 


3. Menghafal Siklus Menstruasi
Well, well ... ini penting bagi aku dan seluruh wanita di dunia. Meskipun tujuan mereka mungkin beda-beda. Ada yang harus nyiapin pembalut, nyiapin obat pereda nyeri, dan lain-lain. Kalau aku lain cerita, he he he ... aku harus tahu kapan waktu menstruasiku karena hal itu juga menentukan kapan "masa subur" dari tubuhku, supaya aku bisa nimbang berat badan. Kalau nimbang berat badan pada saat menstruasi, berat badanku bakalan keliatan "nggak netral" karena cairan berlebih di tubuh.

Cara menghafalku pada bulan Oktober lalu cukup unik, aku melihat kalau masa suburku adalah sekitar tanggal 16 Oktober. Nah, biar gak ribet bolak-balik buka kalender khusus buat ngecek, aku bikin cerita begini, "Inget aja lagunya Samuel yang Sixteen." Nah, sixteen means enam belas. Berarti tanggal 16 aku harus nimbang berat badan. Begitu lho~~~

Dari ChatGPT disimpulkan bahwa tanggal 16 diingat lewat lagu Sixteen merupakan cue based mnemonic (mengaitkan dengan isyarat musik).

I'll make you sweet sixteen~~~

Oh iya! Untuk bulan November ini, masa suburku diperkirakan adalah tanggal 11, jadi aku bikin cerita lagi, "Inget aja angka cantik, 11:11 antara palindrom dan tanggal cantik promo belanja online". Wekawekawekaweka. Btw, palindrom adalah susunan huruf dalam kata atau angka yang jika dibaca dari depan atau dari belakang, bunyinya tetap sama. Misalnya kata "malam" atau "katak", dua kata itu kalau dibaca dari belakang, bunyinya tetap sama, kan? Terus angka "11:11" atau "12:21", kalau dibaca dari belakang ke depan, tetep aja susunannya sama.


4. Mengingat Arah dengan Baik, Karena Aku Pergi Sendirian
Yes, akhir-akhir ini aku udah mulai diizinin pergi sendirian sama orang tuaku! Dengan catatan aku harus tetap hati-hati dan jaga diri. Kalau capek ya jangan dipaksain pergi. 

Aku pergi ke Masjid Istiqlal untuk menghadiri pertemuan offline dari komunitas tarbiyahku. Aku harus tahu banget arah jalan dimulai dari masuk stasiun, keluar stasiun, terus jalan kaki ke Masjid Istiqlal karena memang jaraknya udah deket banget dari stasiun Juanda. Jadi nggak perlu mesen jasa ojek online.

Dari rasa waspadaku ini, aku buat cerita lagi perihal arah, biar nggak nyasar. Kalau udah keluar dari stasiun Juanda, aku harus belok kanan, terus jalan lurus terussss aja, nanti juga ketemu kok Masjid Istiqlal. Aku bikin cerita begini, "Belok ke arah suci, kanan, karena kau mau ke tempat ibadah".

Dalam agama Islam, sebelah kanan pasti diutamakan, kan? Seperti memberi sesuatu kepada orang lain, harus pakai tangan kanan; masuk ke masjid harus dahulukan melangkah dengan kaki kanan; makan harus pakai tangan kanan; dan lain sebagainya. Nah, itu yang membuat aku berpikir, oke, kalau udah di luar stasiun, langsung ke arah suci, alias ke kanan. Karena kebetulan tujuanku juga mau ke masjid, aku tambahin aja dengan embel-embel mau ke tempat ibadah. 

Dari ChatGPT disimpulkan metode menghafalku yang satu ini merupakan metode asosiasi kontekstual (contextual association mnemonic). Aku mengarahkan arah kanan dengan makna situasional, ibadah -> hal suci -> arah kanan. Jadi, aku nggak sekadar menghafal arah, tapi membangun makna simbolik yang sesuai konteksnya.


5. Turun di Stasiun Mana?
Hobiku sekarang kalau pergi sendirian adalah naik LRT! Azeeekkkkkk! Nah, tapi, nggak selamanya aku harus naik LRT terus, ada kalanya aku harus transit ke KRL, misalnya kayak ke Masjid Istiqlal. Nah, kalau mau transit ke KRL, harus masuk ke Stasiun KRL Cawang. Kebetulan, LRT juga punya stasiun yang namanya Cawang, tapi bukan berarti kalau mau transit ke KRL Cawang, aku harus turun di Stasiun LRT Cawang.

Lho, terus gimana dong?

Ternyata, kalau mau transit ke KRL Cawang, para penumpang LRT Jabodebek Cibubur Line harus turun di Stasiun LRT Cikoko. Di sini, aku buat cerita lagi, "Inget aja aktor Chicco Kurniawan, yang jadi Moko di film 1 Kakak 7 Ponakan. Plesetin namanya jadi 'Cikoko'". Hehehehe ... maaf ya, Bang Chicco :v

Beneran deh, pas aku tau kalau mau transit ke KRL Cawang itu turunnya harus di Stasiun LRT Cikoko, yang terbesit di pikiran aku pas baca nama stasiun itu adalah nama Chicco Kurniawan :''') makanya aku buat cerita kalau inget aja sama namanya Bang Chicco. He he he he ....

Dari ChatGPT disimpulkan, bahwa teknik menghafalku ini namanya mnemonik asosiasi fonologis dan personal imagery. Aku menggunakan bunyi nama Chicco -> Cikoko dan asosiasi personal (aktor dan peran) untuk menautkan kata asing yaitu "Cikoko" dengan sesuatu yang sudah aku kenal baik seperti aktor dan film.


6. Di Mana Kampusku Woy???
Pada S2 ini, aku kuliah di Universitas Indraprasta PGRI a.k.a Unindra. Lokasinya di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Lokasinya berada di dalem gang, jadi agak sulit untuk menemukan di mana letaknya kalau masih jadi mahasiswa baru di sana. Belum lagi sekarang sistem kuliahku hybrid, setengah online setengah offline, menjadikan aku jarang pergi ke kampus, padahal setiap hari dihantui dengan tugas-tugas kuliah. HE HE HE HE HE ....

Pada saat semester 2, hari pertama masuk kuliah offline, aku dan mamaku sempet nyasar sampe mentok ke Universitas Tama Jagakarsa-___- asem bener. Ternyata, jalan masuk ke Unindra kampus A itu kalau lewat TB Simatupang, patokannya adalah jalan yang ada di sebelah restoran bernama Emado's. Di sinilah aku mulai bikin cerita lagi, "Inget aja nama kucingnya Adam, namanya Ema. Terus inget-inget lagi, Emado's. Ya, di sanalah patokan gang masuk ke Unindra".

Hihihi, lagi-lagi bawa-bawa nama, ya?

Kalau dari ChatGPT, hal ini merupakan teknik klasik dalam psikologi memori, ketika otak menghadapi nama asing atau tak bermakna, ia akan mencari elemen yang mirip dengan sesuatu yang sudah dikenal. Hasilnya, kata itu jadi punya konteks dan "cerita kecil" yang melekat di memori. Sama lah kayak ngeplesetin nama Bang Chicco jadi "Cikoko."

Kalau dari sisi psikologis nih, ada beberapa gabungan yang aku gunakan:
-Elaborative encoding: memperkaya informasi dengan makna pribadi
-Associative learning: menghubungkan hal baru dengan sesuatu yang sudah dikenal
-Dual coding: mengaktifkan visual (bayangan arah) dan verbal (cerita, bunyi kata) sekaligus


7. Ketularan Sampe Buat Metode Ngajar
Yap, nggak mungkin aku ngajar kalau nggak bisa ngasih pengertian yang baik buat para santriku. Jadi, aku pernah mengajarkan mereka tentang alur cerita dan tanda baca dengan sebuah pengibaratan. Satu-satu ya aku jelasin.

Untuk alur cerita, aku mengibaratkan kepada mereka kalau urutan alur orientasi-konflik-klimaks-resolusi-koda bagaikan tangga yang naik, terus turun lagi. Kenapa? Karena, di awal-awal cerita, pasti ceritanya masih berupa pengenalan tokoh dan ringan-ringan aja, kemudian semakin tinggi tangganya semakin menegangkan, bagaikan bagian konflik dan klimaks yang sudah mencapai tahap tegang dan makin seru, ibarat orang yang sudah sampai di anak tangga paling tinggi, terus takut bakalan jatoh. Kemudian, cerita akan berakhir, konflik dan klimaks mulai mereda menjadi resolusi dan koda, ibarat orang yang ketakutan naik tangga tersebut akhirnya lega karena sudah kembali turun ke anak tangga paling bawah. Gitu lho~~~

Bagian tanda baca, aku mengibaratkan tanda kurung siku ([]) merupakan adik dari tanda kurung (()). Kenapa? Karena penggunaan tanda kurung siku ditempatkan di sebuah kalimat yang sudah berada di dalam tanda kurung. Begitu juga dengan tanda petik tunggal ('), aku mengibaratkan kalau tanda petik tunggal adalah adik dari tanda petik ("), karena jika sebuah kalimat sudah berada di dalam tanda petik, kemudian ingin memberi tanda petik lagi di dalamnya, berarti harus pakai tanda petik tunggal, supaya pembaca nggak bingung.

Dari ChatCPT disimpulkan bahwa gaya mengajarku ini bisa disebut sebagai strategi mnemonik naratif-asosiatif, yaitu cara mengingat dengan membuat hubungan bermakna antara simbol, emosi, dan cerita kecil yang aku bangun sendiri.

***

Wow, sebenernya masih banyak lagi memori yang aku ubah jadi "cerita", tapi aku nggak mungkin ngejelasin semuanya di sini, soalnya aku juga lupa, apa aja yang udah aku ceritain di otakku *krik*.


ChatGPT pun memberikan simpulan tentang profil gaya memori ala aku, yaitu narrative-associative mnemonic learner.

1. Tipe Dominan: Mnemonik Naratif-Asosiatif (Story-Based Mnemonic)
Aku nggak sekadar menghafal data, tapi menghidupkan informasi itu dengan cara membuat cerita, simbol, atau asosiasi pribadi. Otakku bekerja seperti "penulis kecil" yang otomatis membangun narasi agar informasi punya makna. Misalnya dari cara menghafal kode google classroom.

2. Gaya Visual: Imajinatif dan Asosiatif
Aku mudah mengingat bentuk, warna, dan lokasi, apalagi bila menghubungkannya dengan cerita atau hal lucu. Misalnya dari konsepku kalau dari pintu Stasiun Juanda ke Masjid Istiqlal, berarti harus belok kanan alias arah yang suci. Begitu pula dengan patokan jalan masuk ke gang Unindra, aku mengibaratkan nama kucingnya Adam, yaitu Ema, aku plesetin jadi Emado's.

3. Gaya Auditori-Verbal: Lirik dan Bunyi
Aku mudah mengingat bunyi atau kata berirama, seperti lirik lagu, plesetan, atau nama yang punya pola suara unik. Misalnya seperti lagu Sixteen dari Kim Samuel yang mengingatkan aku kalau masa suburku tiba pada tanggal 16 Oktober yang lalu. Selain itu, ada nama Chicco Kurniawan yang aku plesetin jadi Cikoko untuk stasiun transit menuju ke KRL Cawang. 

4. Gaya Emosional-Simbolik
Aku cenderung mengaitkan hal-hal dengan perasaan, nilai, atau makna hidup. Ini membuat hafalanku lebih "berjiwa". Misalnya perihal Stasiun Juanda ke Masjid Istiqlal, harus belok kanan, arah yang suci.


ChatGPT pun menyimpulkan bahwa aku adalah tipe "meaning maker", bukan sekadar penghafal, tapi pencipta makna. Aku menceritakan informasi supaya otakku bisa merasakan dan melihatnya. Dalam istilah psikologi kognitif, aku memiliki kombinasi verbal-visual-emosional mnemonic learner, dengan pola kerja naratif, simbolik, dan personal.


Huahahaha, meskipun aku adalah public speaker yang lemah, tapi ternyata daya ingatku kuat juga (eaaaaaa). Hehehehe, alhamdulillah .... Tapi daya ingat untuk kebutuhan aja, ya. Bukan buat jawab soal-soal memory macam COC, KO duluan aku kalo gitu mah-_____-


Baiklah, sekian dari aku mengenai mnemonic technique. Kalau kalian mengingat pakai teknik mnemonik, apa "cerita" yang akan kalian buat? Atau mungkin punya pengalaman yang sama kayak aku, Roche, Nadia, dan Shafa? Silakan share di kolom komentar, ya~~~


Sekian dari aku, sampai jumpa di postingan selanjutnya. Dadah!



Sumber gambar
  • ChatGPT
  • https://cdn-web-2.ruangguru.com/
  • https://i.pinimg.com/

Sabtu, 11 Oktober 2025

Ngomongin Dua Topik Sekaligus, Boleh?


October 11th, Clear


WOYYYY!!!

APA KABAR NIH GAESSSSS???

Apaansih-____-


Huehehehe, aku balik lagi. Setelah postingan terakhir tentang film Panggil Aku Ayah, kali ini aku mau kembali dengan mencurahkan segala isi hatiku (eaeaaaaa).

Sebenernya sih aku bikin agenda kalau siang ini mau nyusun bab 1 proposal, tapi ....

Aduh, perkuat tekad! Kalau nanti-nanti melulu, kapan kelarnya?


Oke, sekarang beneran deh aku mau cerita. Tapi aku mau cerita dua topik. Beda jauh sebenernya. Yang pertama mewek, yang kedua happy + menegangkan. Apakah itu? Silakan baca sampai tuntas!

***

PART 1: HARGA DIRI

Harga diri. Siapa sih yang gak pernah denger dua kata ini? Bahkan anak SD sekalipun pasti pernah denger, meskipun belum tahu arti yang sebenarnya.

Aku mau menjelaskan kalau aku adalah seorang melankolis. Orang yang planning, baperan, introvert, salah dikit langsung mewek. Dramatis abis. Tapi aku juga setengah koleris.

Bisa dibilang kalau karakter melankolis ini sangat menjaga "harga diri". Orang lain ngetawain dia karena suatu hal yang salah atau konyol, si melankolis ini akan sangat sangat sangat malu dan merasa dirinya rendah, sampai perasaan negatifnya itu reda, dia perlahan akan tenang dengan sendirinya.

Ini terjadi pada aku, 12 September 2025, di Universitas Indraprasta PGRI, Kampus A. Jadi, waktu itu adalah hari pertamaku dan teman-teman seangkatanku menjalani kuliah dengan semester baru, yaitu semester 3. Satu semester lagi, rasanya udah kayak lagi main Squid Game.

Pada jam mata kuliah ke-4, pukul 18.30-20.00 WIB, ada sebuah mata kuliah dengan seorang dosen yang baru kami kenal (kecuali yang dulunya kuliah S1 di Unindra). Biasalah, di hari pertama, semua dosen pasti pada basa-basi dulu, seperti memperkenalkan diri mereka, berkenalan dengan para mahasiswa, ngabsen satu-satu, kalau mau to the point ngomongin materi palingan mentok di inti tujuan mata kuliah tersebut.

Dosen di mata kuliah ini mengabsen satu persatu para mahasiswa yang ada di kelas, termasuk aku. Beliau manggil nama, terus kalau ada nama yang unik, ditanyain, "Kenapa namanya begini?" terus abis itu ditanya, "Tinggal di mana?" "Kerja di mana?" dan lain sebagainya. Yang aku simpulkan dari dosen tersebut, beliau seleranya kulineran. Kalau ada daerah yang beliau tau, misalnya ada mahasiswa yang tinggal di Bogor, terus beliau tanya, "Deket warung makan A, dong?" "Tau restoran B, nggak?" dan lain sebagainya.

Bagian aku dipanggil, urutan absen 12, beliau memanggilku dengan nama asliku (ya iyalah), tapi pengucapannya agak sensitif.

"ASALia Rizky Putri ....."

Iya, kata "asal" ditekan. Sering tuh zaman sekolah, namaku diledek, diplesetin "asal-asalan". Dasar monyet bau, kadal bintit, muka gepeng, kecoa bunting, babi ngepet, dinosaurus, brontosaurus, KIRIK!

Oke oke, balik lagi ke cerita tadi.

Aku langsung angkat tangan. Karakter khasku adalah ketika nunggu giliran berbicara, mau itu presentasi kuliah, giliran ngomong buat presentasiin karyaku di komunitas sastra, dan lain sebagainya, badanku gemeteran. Orang lain mungkin gak liat, tapi aku ngerasain. Dan sampe sekarang, masih berasa. Syukurlah kalau ngajar nggak gemeteran. Wong udah biasa. Hahahaha.

Giliranku untuk bicara dengan dosen tersebut. Ditanya asalku dari mana, tempat tinggalku di mana, kerjaku di mana, dll. Salahku juga, aku bicara agak tersendat-sendat dan gugup, plus kecepetan. Apalagi di depanku ini bukan orang sembarangan. Kayaknya masih lebih lancar interview kerja di depan HRD daripada ngomong depan dosen. Apa karena konsep keramaiannya beda kali, ya? Kalau interview sama HRD kan cuma berdua doang dalam satu ruangan. Weks.

Dengan segala kegugupanku tersebut, aku lagi ngomong lokasi mengajarku di mana, mendadak dosen menyela perkataanku sambil tertawa santai, "Tenang, Bu! Tenang! Santai! Rileks!"

JGEEERRRRRR!!! Suara petir menggelegar, saraf otak menegang, emosi mulai nyenggol akal, suara tawa menggema di mana-mana, kepalaku cuma bisa nengok kanan-kiri. 

Pikiranku langsung menyimpulkan, "Harga diri lo diskon 50%"

Entah aku yang berlebihan atau memang keadaan aslinya begitu, aku merasa sebagian besar teman-teman di kelas tertawa melihat kegugupan aku, melihat dosen menenangkanku di saat yang salah, bahkan aku juga mendengar celetukan, "Senyum, Bu!" 

Aku hanya bisa menjawab, "Iya, saya kayak Luthfi, kok!"

Bagi yang nanya Luthfi itu siapa, dia adalah salah satu peserta Clash of Champions Season 2 yang doyan senyum. Sekian.

Lanjut, keadaan abis itu fine-fine aja. Dosen mulai mengabsen mahasiswa yang lainnya. Mungkin temen-temen yang lain udah lupa sama kejadian itu di beberapa menit kemudian, tapi bagiku? Tidak semudah itu, Bro! *ngomong ala Roche*

Aku kepikiran kepikiran kepikiran .... Sampai jam matkul terakhir, jalan pulang, sampe rumah, dan cerita ke mamaku sebentar sebelum masuk ke kamar. Udah bersih, berbaring di tempat tidur. Tapi, bukannya tidur, air mataku malah keluar sebanyak-banyaknya.

Asem, sebodoh inikah gue dalam berbicara? Please, deh! Udah 27 tahun hidup, 3 tahun jadi guru, jadi yang terbawel di antara geng lo, masa lo gugup sih?

Yah ... kalau kata mamaku, itu karakter. Tapi selama masih bisa diperbaiki, dikembangkan, insyaallah akan menjadi positif. 


Satu bulan kemudian ....

Aku ikut sebuah acara dari suatu komunitas membaca yang bekerja sama dengan penerbit buku islami. Lokasinya di Perpustakaan Jakarta, Cikini. Konsep acaranya tuh kayak baca buku masing-masing dalam suatu ruangan, dikasih waktu sejam buat baca, sejam lagi buat presentasiin apa buku yang lagi dibaca.

Aku larut dalam novel yang aku pinjem dari Perpustakaan Jakarta, judulnya Supernova Episode 5: Gelombang karya Dewi Lestari. Setelah satu jam berlalu, peserta dipersilakan untuk mempresentasikan buku yang habis mereka baca. Ada 5 dari sekitar 20-an peserta yang angkat tangan, termasuk aku. Masing-masing mempresentasikan buku yang mereka baca, ada yang ngomongin tentang plot cerita, genre, gaya bahasa penulis, dan lain-lainnya. Aku dapet giliran terakhir dan situasi udah di "pinggir jurang" (maksudnya waktunya mau habis hehehehe). Aku menjelaskan kalau aku lagi baca novel Supernova, dan udah sampe buku yang ke-5. Aku menjelaskan ciri khas novel ini dari kacamataku sendiri, yaitu perihal alur dan penokohan. Setiap novel ada tokoh dan cerita yang beda-beda, tapi di novel terakhir bakalan ada koneksi satu sama lain. Aku sadar, pas aku lagi ngomong, aku gemeteran, bahkan sampe salah nyebut urutan novelnya-___- tapi aku sadar pula, dari awal sampai akhir bicara, nggak ada yang nyela aku. Semuanya dengerin. Entah gimana isi hati mereka mau menilai aku, tapi rasanya aku lega banget. Bagaikan Keiko yang udah selesai ngerjain 3 soal numeric logic dan lolos ke babak selanjutnya.

"I feel lega banget, obviously bisa main lagi. Sekarang top 40 gitu. Jadi top 50% of Clash of Champions Season 2, gitu."
-Keiko (Clash of Champions Season 2 Episode 5)

Nayana~

Beruntungnya lagi, para peserta yang udah bersedia untuk mempresentasikan buku yang lagi dibacanya itu diberi kesempatan buat milih buku dari penerbit tersebut. Gratis pula! Hepi gak tuh? Aku liat-liat dulu, mana buku yang mau aku ambil, akhirnya aku pilih buku tentang perasaan hati (tapi bukan cinta, ya!), hard cover, warnanya pink pula. Huehehehe.

Tadaaaaa~~~

Alhamdulillah, aku bersyukur banget udah dapet info acara tersebut dari instagram, dan aku bersyukur dengan agendaku minggu lalu. Meskipun sempet kesasar nyari ruang acara dan sempet planga-plongo pas mau ambil novel Supernova yang udah aku tag di aplikasi Jaklitera, setidaknya aku pulang dengan perasaan bahagia, ditambah udara dingin dari AC LRT Jabodebek tujuan akhir Harjamukti yang adem, bikin tambah semriwinggggg~~~~ pulang-pulang dapet senyum lega dan bangga, dapet buku gratis, dapet temen baru. Alhamdulillah ....

Terima kasih untuk Penerbit Pustaka Al-Kautsar dan Komunitas Kumpul Baca yang sudah mengadakan acara ini! :)

Btw, ada beberapa video dokumentasi acaranya lho di instagram, coba cek @pustaka.alkautsar atau @kumpulbaca, terus cari postingan yang ada thumbnail tulisan "Titik Literasi Vol.1", nanti juga nongol tampangku di sana. Biasa, pake jilbab pink! Hahahaha! xD


Aku sampe bikin tulisan ini buat mengutarakan isi hatiku dan membandingkan antara kejadian malu hari pertama kuliah dan presentasi novel.




Intinya apa? Intinya adalah kita dengarkan seseorang berbicara, hargai performa mereka. Mau mereka gagap kayak Dodo Rozak atau Park Si-on, please, dengerin dulu. Kecuali kalau situasinya beda, kayak lagi rapat, misalnya. Debatin sesuatu, berunding, baru deh ngomong, "Intrerupsi!", itu baru bener!

Yuk, perbaiki diri mulai dari sekarang. Jangan lupa pula, beradaptasilah dengan keadaan, bukan keadaan yang beradaptasi dengan kita. 


"Masa menghadapi tikus-tikus busuk ini saja kalian tidak bisa. Apalagi menghadapi kejamnya dunia? Nanti setelah kalian lulus, di luar sana, dunia nyata jauh lebih menjijikan daripada tikus-tikus ini! Mau jadi sarjana atau tidak, itu cuma di atas kertas! Banyak sarjana menganggur juga. Banyak orang tak sekolah tinggi, tapi sukses. Banyak sarjana, begitu bekerja ternyata tidak bisa apa-apa. Masuk kantor gagah, pulang-pulang gagap. Dunia profesional menuntut begitu tinggi, tak sampai napas mereka berlari. Banyak sarjana tak pandai ilmu hidup, hanya ilmu silabus saja. Sarjana kertas!"
-Ibu Lira (Kami [Bukan] Sarjana Kertas - Kami [Bukan] Jongos Berdasi)


Bagi aku, jika mau berbicara, kuatkan niat, yakin kalau aku pasti bisa berbicara, dan ucapkan ayat dari surah Thaha ayat 25-28.

"Robbisyrohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam millisaanii, yafqohuu qoulii"

"Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku."
(QS. Thaha: 25-28)


Okeh, mantap! Panjang juga ternyata ceritaku ini. Bagaimana dengan kalian orang yang melankolis dan introvert seperti aku? Punya problem yang sama di public speaking? Boleh comment postingan ini, ya!

***

PART 2: FILM BAGUS, TAPI GAK BAGUS-BAGUS AMAT

Kalau aku ditanya sama orang lain dengan dua pertanyaan ini:

1. Tau Squid Game, nggak?
Jawabanku: Tau, dong!

2. Tau Alice in Borderland, nggak?
Jawabanku: Gatau deh. Apaan ya?


Hehehe, maaf bagi penggemar serial Alice in Borderland, jangan tersinggung, ya. Aku terlalu sibuk sama Clash of Champions Season 2, jadi nggak terlalu ngikutin dunia hiburan saat ini (???)

Tenyata, konsep Alice in Borderland ini hampir sama kayak Squid Game. Sama-sama main game, kalau kalah bukannya dieliminasi suruh pulang, tapi malah mati, dan lain sebagainya. 

Kenapa aku kepikiran untuk ngebahas ini?

Karena video ini.


Ya, gara-gara Bang Timothy, wakakakakak. Dia bilang kalau dua serial ini sudah bagus, kenapa tiba-tiba ada sekuel lagi, dengan cerita yang nggak penting-penting amat? Tapi di video tersebut, dia membicarakan sebagian besar tentang perbandingan plot, visual, dan audio. Squid Game vs Alice in Borderland dapet skor 3-0 dari Bang Timothy. Serasa kayak final chapter COC Season 2 aja dah! HAHAHAHAHA!

Kalau dari penilaianku tentang dunia perfilman dan segi keuntungannya(?) logikanya sih gini, semakin sukses film tersebut, pasti penggemarnya juga banyak sekali. Ada aja penggemar film tersebut yang bikin ocehan, "Bikin lanjutannya dong! Bikin sekuelnya dong! Bikin season 2-nya dong! Wash wesh wosh wash wesh wosh ...." Nah, di situlah akhirnya si film sukses itu merilis "adik" mereka, biar tambah untung.

Coba kita lihat film-film Indonesia yang sudah sukses mampus, laris manis di pasar dunia hiburan. Ada film Agak Laen, Miracle in Cell No.7 versi Indonesia, dan KKN di Desa Penari. Tiga film itu sukses besar, kan? KKN di Desa Penari ada sekuelnya; Miracle in Cell No.7 versi Indonesia juga laris, bahkan Indonesia sampe nekat bikin sekuelnya, yang menurutku gak penting-penting amat, tapi tetep bagus; dan Agak Laen, bakalan ada sekuelnya bulan November nanti, tapi genrenya bukan horor.

Ada pula nih di bagian barat sana, Disney. Tau lah ya production house yang satu ini, tanya kakek-nenek atau adik-adik kau sekalipun, pasti sebagian besar tahu lah Disney. 

Disney pernah membuat serial Rapunzel's Tangled Adventure pada tahun 2017, petualangan Rapunzel bersama pacarnya, Eugene. Serta sahabat barunya yaitu Cassandra yang merupakan seorang dayang + anak dari kapten prajurit kerajaan. Serial ini dibikin sampe 3 season. Awal-awal aku antusias nontonnya, tapi lama-lama jenuh juga. Lama amat sampe 3 season, masalahnya apaan sih? Tentang pengembalian batu matahari dan batu bulan yang kembali ke luar angkasa? Ah ... bingung! 

Tapi, kalau dari sisi original soundtrack? Bagus-bagus banget .... Disney mah gak pernah gagal bikin OST. Mau film Snow White live action yang aneh itu aja, lagu barunya yang berjudul Hand Meets a Hand bagus (menurut aku yak wekekekekek).


Gimana kalau kalian? Tim Alice in Borderland atau Squid Game? Aku sih Squid Game, karena aku taunya Squid Game, meskipun FOMO sekadar nonton MV theme song dan nonton adegan Red Light Green Light nya doang. HE HE HE HE HE HE ....

***

Baik, sekian postinganku kali ini. Panjang betul, yak? Padahal tadi aku ngetik sekitar jam 11 siang, terus dijeda makan siang jam 1 siang, sekarang udah mau jam 2. Tidur siang dulu ah. Kalau udah seger, baru ngerjain proposal ....

Antara tulus atau gak tulus? HARUS TULUS LAH, YA! GILE LO!


Okeh, sampai jumpa di postingan berikutnya! Dadaahhhh, have a nice weekend!



Sumber gambar
  • https://www.hollywoodreporter.com/
  • Dokumen pribadi
  • https://media.tenor.com/

Jumat, 08 Agustus 2025

Panggil Aku Ayah



August 8th, Cloudy

Woiiiii!!! Balik lagi nih! Wkwkwkwkwkwk~~~

Hari Jumat biasanya kuliah? Kok sekarang nge-blog?

Iya dong, kan sekarang lagi libur. Tapi tetep aja, pas semester 3, bakalan ada mata kuliah horor.

Tesis? Bukan.

Seminar Proposal.

HAHAHAHAHAHAHA!!!


Apaansih-_____-


Well, mumpung aku banyak waktu luang setelah nonton film Panggil Aku Ayah tadi siang, daripada cuma tiduran gak jelas main HP, mending aku ceritain aja sekarang. Kalau besok atau lusa, keburu asyik nonton COC! Wooowwww~~~

Di saat orang lain lagi sibuk sama film Sore atau film My Daughter is a Zombie, aku malah fokus sama sebuah film berjudul Panggil Aku Ayah.

Jadi, film Panggil Aku Ayah merupakan hasil produksi dari Visinema, rumah produksi yang udah bikin film Nussa dan Jumbo. Aku pernah juga menceritakan pengalaman pertama kali aku nonton trailernya di bioskop. Bisa klik link ini.

Film ini sebenernya hasil remake dari film asal Korea Selatan berjudul Pawn. Jujur, aku belum pernah nonton versi Koreanya sampe sekarang. Entah kenapa aku lebih suka versi remake. Bahkan, film Miracle in Cell No.7 dan My Annoying Brother pun aku lebih lengket sama versi Indonesia daripada versi Korea. Tapi, bukan berarti aku nggak menghargai karya aslinya, ya. Mungkin karena statusku orang Indonesia dan lebih sreg dengan film yang sudah di-remake ke versi Indonesia yang pasti nuansanya dibuat ala Indonesia, aku jadi lebih nyaman nonton versi remake Indonesia. 

Gak cuma versi remake, sih. Aku juga lebih seneng nonton film versi live action. Makanya, kalau Disney ngerilis film live action terbaru, apalagi Disney Princesses, aku langsung hepi banget. Bodo amat orang mau ngatain filmnya jelek atau sampah. Ajang hiburan jangan dijadiin beban! Wkwk.

Udah ah, lanjut! Ngapa jadi ngomongin remake, ya?-_-


Aku nonton di Tamini Square, jam 1 siang. Di tahun 2025 ini aku udah nonton 5 film di bioskop. Dari 1 Kakak 7 Ponakan, Snow White, Jumbo, How To Train Your Dragon, sampe Panggil Aku Ayah. Kayaknya mbak penjaga kasirnya sampe hafal juga sama mukaku karena udah langganan nonton di tahun ini. HAHAHAHA.

Dari posternya aja udah mengundang haru :'') sayangnya, di foto itu ada penampakan poster lain. Ya elah-__- mau berdiri lama-lama di depan poster buat difoto juga gak enak. Banyak orang. Malu woi. 

Sinopsis dari cerita ini adalah tentang seorang anak bernama Intan yang dijadikan "jaminan" oleh ibunya dan dua debt collector bernama Dedi dan Tatang, karena ibunya Intan belum bisa bayar utang ke Dedi dan Tatang. Sebenernya si ibu nggak mau. Anak jadi jaminan cuma idenya Tatang. Ya udah, karena terlanjur gak ada pilihan lain, akhirnya si ibu memutuskan untuk pergi kerja ke Jakarta. Intan beneran dijagain sama Dedi dan Tatang. Katanya sih seminggu, terus bakalan ada yang jemput Intan, yaitu pamannya. Tapi sayang, akhirnya malah jadi "sadis". Pamannya berkhianat, jadilah Dedi dan Tatang menyelamatkan Intan yang syukurlah nyimpen nomor teleponnya Dedi diam-diam. Sejak saat itu, Intan pun fix diasuh sama Dedi dan Tatang sampai kuliah. Dedi dan Tatang manggil Intan sebagai "Pacil", akronim dari "Kepala Kecil". Hihihihi.

Film ini mengundang haru, tawanya juga nggak ketinggalan. Dari kelakuan Intan versi kecil yang nangis sedih pengen ketemu ibunya, tapi di sisi lain juga gokil. Dedi mau nenangin Intan, malah digigit. Wakakakak xD 

Kalau diingat-ingat, adegan paling "ngena" dari film ini ... pas Dedi menyelamatkan Intan dari kelakuan laki-laki ped*fil; Dedi dan Tatang nyari-nyari Intan yang ternyata "dijual" di sebuah klub malam. Ada adegan Dedi mecahin kaca pintu pake tangan kosong buat buka kunci pintu dari dalem, heroik banget adegan itu di mataku; adegan Dedi yang setiap hari anter-jemput Intan ke sekolah; dan ... maaf ya spoiler dikit hehehe ..., adegan Dedi pas jemput Intan yang nggak mau tinggal sama ayah kandungnya, maunya tinggal sama Dedi aja, tapi sayangnya malah berujung kecelakaan dan menghilang sementara.

Kalau yang lucunya, pas adegan Intan gigit tangannya Dedi, of course; Intan niru omongan Dedi sama Tatang, "belegug". HAHAHAHAHA; terus Tatang yang gak rela mobilnya dijual sampe dipeluk-peluk itu mobil. LOL; Intan negur Dedi dan Tatang yang pas makan kenapa gak baca doa, giliran berdoa malah ngucapin doa sebelum tidur; Intan juga negur Dedi dan Tatang kenapa nggak pernah salat. Huahaha, agak satire buat para pekerja keras yang suka lupa waktu dan jadi masa bodo sama waktu ibadah. Tuh, jangan lupakan salat, ya. Cuma sekitar 15 menit, kok. Abis itu kerja lagi dah.

Ringgo Agus yang awalnya jadi Mas Eka di film 1 Kakak 7 Ponakan dengan karakternya yang ngeselin dan gatau diri banget, sekarang berperan jadi sosok "ayah dadakan" di film Panggil Aku Ayah. Kalau udah nonton film 1 Kakak 7 Ponakan, pasti kesel banget sama Mas Eka, yekan? Terus nonton film Panggil Aku Ayah, di adegan awal pun kelakuannya masih ngeselin sebagai debt collector. Tapi kalau di film Panggil Aku Ayah, kesan akting ngeselin Ringgo Agus tuh kayak lebih lucu dibanding film 1 Kakak 7 Ponakan yang terlihat dramatis. Ah, kalau kalian udah nonton, pasti ngerti maksudku!

Dari karakter yang menyebalkan, kemudian bertemu "sosok cahaya", hatinya melunak. Sebuah perubahan yang luar biasa, bukan?

Aish, pas ngetik kayak mau nangis, tapi stok air mataku habis(?)


Nih, kukasih trailernya.