Kamis, 27 November 2025

Agak Laen: Menyala Pantiku!



November 27th, Cloudy


Disclaimer: Pengalaman menonton film dan penilaianku terhadap film ini merupakan penilaian subjektif. Jadi, bagi kalian yang merasa puas atau tidak puas, lebih nyaman nonton yang pertama, tidak masalah. Kita semua bebas berpendapat, selama tidak menyinggung orang lain, apalagi sampai berbuat rusuh seperti di adegan film Agak Laen: Menyala Pantiku itu sendiri.


Heiheeiiii semuanyaaa!!! Kembali lagi bersama Pink Azalea a.k.a Asalia Rizky Putri di blogspotnya yang penuh curhatan, karena kalau curhat di medsos, jatohnya spam! HAHAHAHAHAHAHA!

Well, hari ini aku pergi ke suatu tempat yang nggak jauh kayak Perpustakaan Jakarta, Perpustakaan Nasional, atau Masjid Istiqlal, melainkan ke Cinepolis Tamini Square. Yes, aku nonton lagi. Entah kenapa, sekarang film udah kayak 'makananku' di samping buku. Bahkan, istilah-istilah dalam perfilman sudah mulai aku pahami sedikit demi sedikit. Kebanyakan nonton channel Ngelantur Indonesia deh kayaknya. Wekekekekek.

Film Agak Laen: Menyala Pantiku merupakan film ke-6 di tahun 2025 yang aku tonton langsung di bioskop. Waktu awal tahun, aku nonton 1 Kakak 7 Ponakan, yang sekarang aku jadiin objek untuk proposal tesisku; lalu bulan Maret nonton Snow White yang penontonnya cuma aku doang; Jumbo yang laris manis sampe ada aja rombongan sekolah yang dateng buat nobar; How To Train Your Dragon yang alur, visual, dan audionya plek ketiplek banget dari versi kartun; Panggil Aku Ayah yang merupakan remake dari film Pawn, yang menurutku film ini nggak terlalu 'heboh' kayak Miracle in Cell No.7; dan sekarang Agak Laen: Menyala Pantiku.

Aku nonton tanggal 27 November 2025, tepat ketika hari pertama filmnya rilis. Beberapa hari sebelumnya aku udah cek aplikasi M-Tix, film Agak Laen bisa di-tag gak yah seat-nya meskipun belum rilis? Wow, ternyata bisa! Akhirnya aku langsung tag seat A12 di Cinepolis Tamini Square, tanggal 27 November. Kebetulan tanggal 27 November adalah hari Kamis, jadi aku berharap dapat harga yang lebih 'murah'. Karena bioskop pada umumnya ketika hari Jumat-Sabtu-Minggu, harga tiketnya bisa lebih mahal dari weekdays. Dari pada nunggu minggu depan, mending hari pertama rilis aja deh. Kalau hari Senin, aku sibuk nyusun materi ngajar. Selasa, aku ngajar. Rabu, ada waktu sih, tapi kelamaan ah, keburu dapet berita spoiler dari mana-mana, mending sekarang aja!-_-

Tayangan pertama ada di pukul 13.00 WIB. Sesuai dengan jam makan siangku(?) jadi, sebelum berangkat, aku salat dan makan dulu. Nggak usah pake skincare-an segala. Orang cuma mau pergi sendirian, ujung-ujungnya duduk di tempat gelap, ngapain dandan? Weks. Aku berangkat jam setengah 1 kurang, dan syukurlah sampe di sana pintu teaternya belum dibuka.


Foto dulu lah poster filmnya, buat dipamerin di medsos. WEKAWEKAWEKA.


Pas pintu teater dibuka, aku dan para penonton yang udah nunggu di luar langsung masuk ke teater 1. Kukira nggak bakal rame, karena Cinepolis Tamini Square sering sepi pengunjung. Tapi, diluar dugaan, lho! Banyak yang dateng! Rata-rata pada rombongan remaja. Tapi, tetep aja, aku duduk di barisan A sendirian. Tempat yang harusnya buat pasangan kekasih, tapi malah aku jadiin tempat berkuasa biar lebih leluasa bergerak! (apaansih).


Makin banyak yang berdatangan~~~


Oke, sekarang ke pembahasanku mengenai filmnya. Aku menganggap film ini lebih gila dan gokil dari film sebelumnya. Konsepnya bukan cerita bersambung atau sekuel. Ibarat aku yang seorang cerpenis, nggak suka bikin cerita bersambung, lebih seneng satu judul, satu cerita, selesai. Kalau mau buat karya baru, buat aja cerita baru, begitulah kira-kira analoginya. Member Agak Laen juga udah bilang di podcast-nya Raditya Dika kalau mereka mau ngikutin konsepnya Warkop DKI. Jadi, nggak usah kaget kalau di film pertama mereka jadi hantu, di film kedua mereka malah jadi detektif. Ibarat kumpulan cerpen, setiap judul, pasti ceritanya beda-beda. Aku juga sempat melihat di ending credits, ada kalimat "Sampai jumpa di cerita Agak Laen selanjutnya". Nah, mau bikin film lagi nih? Rilis tahun berapa kira-kira? Hm ....

Gila dah, awal adegan, udah keliatan akting empat sekawan alias Boris, Bene, Jegel, dan Oki yang sedang menangkap seorang tersangka ... tapi salah target-__- asem bener. Inti cerita dalam film ini adalah empat sekawan tersebut harus mencari seorang pembunuh yang telah membunuh seorang anak walikota, dan oknumnya berada di sebuah panti jompo. Agar proses penyelidikan mereka cepat dan akurat hasilnya, mereka harus menyamar menjadi bagian dari panti jompo tersebut. Bene dan Jegel jadi pengurus panti, sedangkan Oki dan Boris ... Oh My God, satu bioskop pada ketawa pas liat transformasi Oki dan Boris berubah jadi lansia. Aduh, aku nggak mau cerita banyak perihal itu, kau tonton saja sendiri! xD

Yang selalu aku representasikan setiap membaca novel atau menonton film pasti tentang tokohnya terlebih dahulu, baru premis ceritanya. Kalau di film Agak Laen yang pertama, setiap member punya problemnya masing-masing, kan? Oki dengan statusnya sebagai mantan narapidana dan sedang menyiapkan makam untuk ibunya ketika sudah tiada, Jegel dengan utang judinya, Bene dengan lamarannya, dan Boris dengan kariernya untuk menjadi tentara demi ibunya. Nah, kalau di film kedua problemnya agak laen(?) kali ini, Oki membutuhkan biaya untuk istrinya yang mau melahirkan, Jegel yang memiliki kewajiban mengirimkan uang untuk ibunya yang hidup sendirian di kampung, Bene yang harus membiayai kuliah adiknya, serta Boris yang sibuk mengurus perceraian dengan mantan istrinya. Eung ... gimana ya, lebih mantap menurutku sih. Apalagi perihal problemnya Bene, serasa kayak lagi lihat cermin. Dengan statusku yang masih jadi mahasiswa S-2, abis jadi M.Pd insyaallah mau lanjut jadi M.Li, dan itu nggak butuh biaya yang sedikit. Apalagi aku juga masih bergantung sama orang tuaku. Jadi, problem Bene ini yang bikin air mataku berlinang, udah campur air mata kebanyakan ketawa, ada pula momen harunya.

Aduh, semenjak aku baca novel J.S. Khairen yang berjudul Kami (Bukan) Sarjana Kertas, ada salah satu tokoh bernama Ogi, dari deskripsi yang berada di novel, tampang Ogi ini hampir mirip kayak Oki. Jadi, kalau aku baca serial novel Kami (Bukan), kalau udah baca bagian cerita Ogi, pasti yang terbayang di pikiranku malah sosok Oki. Mana fonemnya hampir sama pula. Oki dan Ogi. Awas ketuker mampus kau!-___-

Film ini juga mengandung banyak makna tersirat dan beberapa satire, hampir sama lah kayak Warkop DKI. Kalau kalian menonton film nggak hanya sekadar buat ajang hiburan, pasti ngerti deh maksudku pas udah nonton. Coba dihitung, ada berapa makna tersiratnya? Waakakakak.


Biar aku nggak keceplosan spoiler banyak-banyak, aku mau mengomentari setiap dialog dari trailer film Agak Laen: Menyala Pantiku. Karena aku hobi menganalisis dialog! (jiaahhhh)



Kalau melihat status mereka yang sudah menjadi detektif di film yang sekarang, aku jadi keinget Warkop DKI Reborn Part 1. Sama-sama polisi, sama-sama gokil, sama-sama lalai. Tetapi ada perbedaan di antara keduanya. Versi Agak Laen merupakan polisi merangkap detektif, meskipun berkali-kali gagal-_-

Dialog khas member Agak Laen juga masih ada. Seperti kalimat "aku ada ide" dari Jegel, lalu ada kalimat "terus cemana?" dari Oki. Membuatku bernostalgia dengan film sebelumnya. Dan di sini ekspresi emosi para member juga kuat banget. Banyak banget main tangannya! Apalagi Oki, aduh ... mantap jiwa juga dia kalau lagi marah-marah. Cocok kali ya kalau aku jadi Oki versi perempuan. Soalnya aku emosinya juga berat betul (???) tapi syukurlah aku nggak main tangan, aku cuma main sumpah-sumpahan di belakang (krik). Udah deh, kalau liat semua member saling adu emosi, kayaknya beda 180 derajat dengan video-video podcast mereka yang penuh celetukan dan tawa. Hehehehe.


Oh iya, ada pula ini final trailernya.




"Panteslah kalian berdua akrab, yang satu guguk, yang satu kuda. Hahahahaha!"
Alamak, aku yang selama ini selalu menentang menertawakan nama orang, kenapa jadi ikut ketawa, yak? 

"Papa sekarang lagi ngejar penjahat dulu."
"Kenapa nggak Om Oki aja yang dikejar? Kan Om Oki serem mukanya."
Jangan salahin anaknya ya, anak kecil kalau udah jujur emang jujurnya kebangetan. Maklumin aja, Ki :v

"Kalau risol-risol gitu ada nggak, Bu?"
Yeeee, udah baik dikasih telor rebus malah minta yang laen lu, Gel!

"Maaf kalau aku masih jadi beban ya, Bang."
"Jangan kau ngomong gitu."
Nah, ini yang paling ngena buat aku. Lalu, Bene bilang lagi ke adiknya, "Apa pun yang terjadi, kamu harus tetap jadi sarjana." Perkataan itu serasa menjadi nasihat tidak langsung buat aku yang lagi pusing kepala baru nyusun semprop doang. Tinggal ganti aja kata "sarjana"-nya jadi "magister." Bismillah, tahun depan lulus, deh. Aamiin ....

"Soalnya tadi tahi kucingnya dua, jadi satu orang bisa fokus di satu tahi."
Niat amat lu Bang ye. WKWKWKWKWKWK.


Aku merasa di setiap problem para tokoh utama, yang paling banyak ditunjukkin itu problemnya Boris. Karena perihal perceraian kali, ya. Proses perceraian juga setahu aku nggak semudah membalikkan telapak tangan. Harus ada proses pengadilan segala macem. Kalau untuk problemnya Oki, Jegel, dan Bene nggak diceritain secara kompleks. Aktingnya Boris pas lagi pelukan sama anaknya juga ngena banget lho. Serasa kayak liat adegan Miracle in Cell No.7 versi Indonesia.


Hm ... kalau disuruh kasih rating ... aku kasih berapa ya ...? Aku bukan ahli film sih ....

8/10 aja deh. Karena menurutku, ada suatu cerita yang "kurang" nalarnya, meskipun statusnya merupakan karya fiksi berbentuk film, tapi aku merasa nalarnya pun kurang jika dijadikan karya fiksi sekalipun. Selebihnya, mantap deh! Semoga alur cerita untuk film selanjutnya (kalau memang beneran ada) nggak kalah keren dari film ini dan film sebelumnya! Pesanku untuk kalian yang mau nonton film Agak Laen: Menyala Pantiku, siapkan mental kalian, karena ada beberapa adegan yang tidak terduga. Baik dari segi komedi maupun versi seriusnya. Film ini nggak cuma bikin full ngakak, tapi ada adegan menegangkannya juga. So, buat yang masih sekolah, belum jadi mahasiswa, alias berusia di bawah 17 tahun, jangan nonton dulu, ya! Hehehehe.



Nih, sekalian aku kasih lagu "keramat", ciri khas untuk film Agak Laen: Menyala Pantiku ^^


Tuhan, maafkan diri ini ... yang tak pernah bisa menjauh dari angan tentangnya ....
Namun, apalah daya ini ....
Bila ternyata sesungguhnya aku terlalu cinta dia~~~


ADUH, PLEASE SENYAM-SENYUM AKU PAS DENGER LAGU INI. SEMENJAK LAGU INI JADI BACKSOUND DI ADEGAN AGAK LAEN YANG BENERAN "AGAK LAEN", MAKNANYA UDAH GAK SAMA LAGI DAH AH! 

YUK PASUKAN YANG TINGGAL DI JAKARTA, MAU NOBAR? KUY, AKU PENGEN NONTON LAGI SERIUSAN DEH! HAHAHAHAHA!!!


Okay, sekian pembahasanku tentang pengalaman nonton dan penilaianku untuk film Agak Laen: Menyala Pantiku. Bagi yang sudah nonton, gimana menurut kalian? Kalian masih dukung versi horor atau versi misteri yang sekarang? Silakan comment~


Eh, bagi yang punya akun di Karyakarsa, mampir dong ke karyaku di akun pinkazalea21! Aku rencana mau update cerpen setiap hari Sabtu. Sambil aku menyelesaikan novelku yang insyaallah akan diterbitkan setelah lulus S-2 nanti. Jangan lupa like dan tipnya! Hihihihihihi! Sampai jumpa!


Salam hangat,
Pink Azalea




Sumber gambar
  • Dokumen pribadi
  • media.tenor.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar