October 11th, Clear
WOYYYY!!!
APA KABAR NIH GAESSSSS???
Apaansih-____-
Huehehehe, aku balik lagi. Setelah postingan terakhir tentang film Panggil Aku Ayah, kali ini aku mau kembali dengan mencurahkan segala isi hatiku (eaeaaaaa).
Sebenernya sih aku bikin agenda kalau siang ini mau nyusun bab 1 proposal, tapi ....
Aduh, perkuat tekad! Kalau nanti-nanti melulu, kapan kelarnya?
Oke, sekarang beneran deh aku mau cerita. Tapi aku mau cerita dua topik. Beda jauh sebenernya. Yang pertama mewek, yang kedua happy + menegangkan. Apakah itu? Silakan baca sampai tuntas!
***
PART 1: HARGA DIRI
Harga diri. Siapa sih yang gak pernah denger dua kata ini? Bahkan anak SD sekalipun pasti pernah denger, meskipun belum tahu arti yang sebenarnya.
Aku mau menjelaskan kalau aku adalah seorang melankolis. Orang yang planning, baperan, introvert, salah dikit langsung mewek. Dramatis abis. Tapi aku juga setengah koleris.
Bisa dibilang kalau karakter melankolis ini sangat menjaga "harga diri". Orang lain ngetawain dia karena suatu hal yang salah atau konyol, si melankolis ini akan sangat sangat sangat malu dan merasa dirinya rendah, sampai perasaan negatifnya itu reda, dia perlahan akan tenang dengan sendirinya.
Ini terjadi pada aku, 12 September 2025, di Universitas Indraprasta PGRI, Kampus A. Jadi, waktu itu adalah hari pertamaku dan teman-teman seangkatanku menjalani kuliah dengan semester baru, yaitu semester 3. Satu semester lagi, rasanya udah kayak lagi main Squid Game.
Pada jam mata kuliah ke-4, pukul 18.30-20.00 WIB, ada sebuah mata kuliah dengan seorang dosen yang baru kami kenal (kecuali yang dulunya kuliah S1 di Unindra). Biasalah, di hari pertama, semua dosen pasti pada basa-basi dulu, seperti memperkenalkan diri mereka, berkenalan dengan para mahasiswa, ngabsen satu-satu, kalau mau to the point ngomongin materi palingan mentok di inti tujuan mata kuliah tersebut.
Dosen di mata kuliah ini mengabsen satu persatu para mahasiswa yang ada di kelas, termasuk aku. Beliau manggil nama, terus kalau ada nama yang unik, ditanyain, "Kenapa namanya begini?" terus abis itu ditanya, "Tinggal di mana?" "Kerja di mana?" dan lain sebagainya. Yang aku simpulkan dari dosen tersebut, beliau seleranya kulineran. Kalau ada daerah yang beliau tau, misalnya ada mahasiswa yang tinggal di Bogor, terus beliau tanya, "Deket warung makan A, dong?" "Tau restoran B, nggak?" dan lain sebagainya.
Bagian aku dipanggil, urutan absen 12, beliau memanggilku dengan nama asliku (ya iyalah), tapi pengucapannya agak sensitif.
"ASALia Rizky Putri ....."
Iya, kata "asal" ditekan. Sering tuh zaman sekolah, namaku diledek, diplesetin "asal-asalan". Dasar monyet bau, kadal bintit, muka gepeng, kecoa bunting, babi ngepet, dinosaurus, brontosaurus, KIRIK!
Oke oke, balik lagi ke cerita tadi.
Aku langsung angkat tangan. Karakter khasku adalah ketika nunggu giliran berbicara, mau itu presentasi kuliah, giliran ngomong buat presentasiin karyaku di komunitas sastra, dan lain sebagainya, badanku gemeteran. Orang lain mungkin gak liat, tapi aku ngerasain. Dan sampe sekarang, masih berasa. Syukurlah kalau ngajar nggak gemeteran. Wong udah biasa. Hahahaha.
Giliranku untuk bicara dengan dosen tersebut. Ditanya asalku dari mana, tempat tinggalku di mana, kerjaku di mana, dll. Salahku juga, aku bicara agak tersendat-sendat dan gugup, plus kecepetan. Apalagi di depanku ini bukan orang sembarangan. Kayaknya masih lebih lancar interview kerja di depan HRD daripada ngomong depan dosen. Apa karena konsep keramaiannya beda kali, ya? Kalau interview sama HRD kan cuma berdua doang dalam satu ruangan. Weks.
Dengan segala kegugupanku tersebut, aku lagi ngomong lokasi mengajarku di mana, mendadak dosen menyela perkataanku sambil tertawa santai, "Tenang, Bu! Tenang! Santai! Rileks!"
JGEEERRRRRR!!! Suara petir menggelegar, saraf otak menegang, emosi mulai nyenggol akal, suara tawa menggema di mana-mana, kepalaku cuma bisa nengok kanan-kiri.
Pikiranku langsung menyimpulkan, "Harga diri lo diskon 50%"
Entah aku yang berlebihan atau memang keadaan aslinya begitu, aku merasa sebagian besar teman-teman di kelas tertawa melihat kegugupan aku, melihat dosen menenangkanku di saat yang salah, bahkan aku juga mendengar celetukan, "Senyum, Bu!"
Aku hanya bisa menjawab, "Iya, saya kayak Luthfi, kok!"
Bagi yang nanya Luthfi itu siapa, dia adalah salah satu peserta Clash of Champions Season 2 yang doyan senyum. Sekian.
Lanjut, keadaan abis itu fine-fine aja. Dosen mulai mengabsen mahasiswa yang lainnya. Mungkin temen-temen yang lain udah lupa sama kejadian itu di beberapa menit kemudian, tapi bagiku? Tidak semudah itu, Bro! *ngomong ala Roche*
Aku kepikiran kepikiran kepikiran .... Sampai jam matkul terakhir, jalan pulang, sampe rumah, dan cerita ke mamaku sebentar sebelum masuk ke kamar. Udah bersih, berbaring di tempat tidur. Tapi, bukannya tidur, air mataku malah keluar sebanyak-banyaknya.
Asem, sebodoh inikah gue dalam berbicara? Please, deh! Udah 27 tahun hidup, 3 tahun jadi guru, jadi yang terbawel di antara geng lo, masa lo gugup sih?
Yah ... kalau kata mamaku, itu karakter. Tapi selama masih bisa diperbaiki, dikembangkan, insyaallah akan menjadi positif.
Satu bulan kemudian ....
Aku ikut sebuah acara dari suatu komunitas membaca yang bekerja sama dengan penerbit buku islami. Lokasinya di Perpustakaan Jakarta, Cikini. Konsep acaranya tuh kayak baca buku masing-masing dalam suatu ruangan, dikasih waktu sejam buat baca, sejam lagi buat presentasiin apa buku yang lagi dibaca.
Aku larut dalam novel yang aku pinjem dari Perpustakaan Jakarta, judulnya Supernova Episode 5: Gelombang karya Dewi Lestari. Setelah satu jam berlalu, peserta dipersilakan untuk mempresentasikan buku yang habis mereka baca. Ada 5 dari sekitar 20-an peserta yang angkat tangan, termasuk aku. Masing-masing mempresentasikan buku yang mereka baca, ada yang ngomongin tentang plot cerita, genre, gaya bahasa penulis, dan lain-lainnya. Aku dapet giliran terakhir dan situasi udah di "pinggir jurang" (maksudnya waktunya mau habis hehehehe). Aku menjelaskan kalau aku lagi baca novel Supernova, dan udah sampe buku yang ke-5. Aku menjelaskan ciri khas novel ini dari kacamataku sendiri, yaitu perihal alur dan penokohan. Setiap novel ada tokoh dan cerita yang beda-beda, tapi di novel terakhir bakalan ada koneksi satu sama lain. Aku sadar, pas aku lagi ngomong, aku gemeteran, bahkan sampe salah nyebut urutan novelnya-___- tapi aku sadar pula, dari awal sampai akhir bicara, nggak ada yang nyela aku. Semuanya dengerin. Entah gimana isi hati mereka mau menilai aku, tapi rasanya aku lega banget. Bagaikan Keiko yang udah selesai ngerjain 3 soal numeric logic dan lolos ke babak selanjutnya.
"I feel lega banget, obviously bisa main lagi. Sekarang top 40 gitu. Jadi top 50% of Clash of Champions Season 2, gitu."
-Keiko (Clash of Champions Season 2 Episode 5)
Nayana~
Beruntungnya lagi, para peserta yang udah bersedia untuk mempresentasikan buku yang lagi dibacanya itu diberi kesempatan buat milih buku dari penerbit tersebut. Gratis pula! Hepi gak tuh? Aku liat-liat dulu, mana buku yang mau aku ambil, akhirnya aku pilih buku tentang perasaan hati (tapi bukan cinta, ya!), hard cover, warnanya pink pula. Huehehehe.
Tadaaaaa~~~
Alhamdulillah, aku bersyukur banget udah dapet info acara tersebut dari instagram, dan aku bersyukur dengan agendaku minggu lalu. Meskipun sempet kesasar nyari ruang acara dan sempet planga-plongo pas mau ambil novel Supernova yang udah aku tag di aplikasi Jaklitera, setidaknya aku pulang dengan perasaan bahagia, ditambah udara dingin dari AC LRT Jabodebek tujuan akhir Harjamukti yang adem, bikin tambah semriwinggggg~~~~ pulang-pulang dapet senyum lega dan bangga, dapet buku gratis, dapet temen baru. Alhamdulillah ....
Terima kasih untuk Penerbit Pustaka Al-Kautsar dan Komunitas Kumpul Baca yang sudah mengadakan acara ini! :)
Btw, ada beberapa video dokumentasi acaranya lho di instagram, coba cek @pustaka.alkautsar atau @kumpulbaca, terus cari postingan yang ada thumbnail tulisan "Titik Literasi Vol.1", nanti juga nongol tampangku di sana. Biasa, pake jilbab pink! Hahahaha! xD
Intinya apa? Intinya adalah kita dengarkan seseorang berbicara, hargai performa mereka. Mau mereka gagap kayak Dodo Rozak atau Park Si-on, please, dengerin dulu. Kecuali kalau situasinya beda, kayak lagi rapat, misalnya. Debatin sesuatu, berunding, baru deh ngomong, "Intrerupsi!", itu baru bener!
Yuk, perbaiki diri mulai dari sekarang. Jangan lupa pula, beradaptasilah dengan keadaan, bukan keadaan yang beradaptasi dengan kita.
"Masa menghadapi tikus-tikus busuk ini saja kalian tidak bisa. Apalagi menghadapi kejamnya dunia? Nanti setelah kalian lulus, di luar sana, dunia nyata jauh lebih menjijikan daripada tikus-tikus ini! Mau jadi sarjana atau tidak, itu cuma di atas kertas! Banyak sarjana menganggur juga. Banyak orang tak sekolah tinggi, tapi sukses. Banyak sarjana, begitu bekerja ternyata tidak bisa apa-apa. Masuk kantor gagah, pulang-pulang gagap. Dunia profesional menuntut begitu tinggi, tak sampai napas mereka berlari. Banyak sarjana tak pandai ilmu hidup, hanya ilmu silabus saja. Sarjana kertas!"
-Ibu Lira (Kami [Bukan] Sarjana Kertas - Kami [Bukan] Jongos Berdasi)
Bagi aku, jika mau berbicara, kuatkan niat, yakin kalau aku pasti bisa berbicara, dan ucapkan ayat dari surah Thaha ayat 25-28.
"Robbisyrohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam millisaanii, yafqohuu qoulii"
"Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku."
(QS. Thaha: 25-28)
Okeh, mantap! Panjang juga ternyata ceritaku ini. Bagaimana dengan kalian orang yang melankolis dan introvert seperti aku? Punya problem yang sama di public speaking? Boleh comment postingan ini, ya!
***
PART 2: FILM BAGUS, TAPI GAK BAGUS-BAGUS AMAT
Kalau aku ditanya sama orang lain dengan dua pertanyaan ini:
1. Tau Squid Game, nggak?
Jawabanku: Tau, dong!
2. Tau Alice in Borderland, nggak?
Jawabanku: Gatau deh. Apaan ya?
Hehehe, maaf bagi penggemar serial Alice in Borderland, jangan tersinggung, ya. Aku terlalu sibuk sama Clash of Champions Season 2, jadi nggak terlalu ngikutin dunia hiburan saat ini (???)
Tenyata, konsep Alice in Borderland ini hampir sama kayak Squid Game. Sama-sama main game, kalau kalah bukannya dieliminasi suruh pulang, tapi malah mati, dan lain sebagainya.
Kenapa aku kepikiran untuk ngebahas ini?
Karena video ini.
SAMA” G*BLOK, MENDING MANA⁉️ REVIEW NON SPOILER “SQUID GAME VS ALICE IN BORDERLAND” (SEASON 1,2,&3)
Ya, gara-gara Bang Timothy, wakakakakak. Dia bilang kalau dua serial ini sudah bagus, kenapa tiba-tiba ada sekuel lagi, dengan cerita yang nggak penting-penting amat? Tapi di video tersebut, dia membicarakan sebagian besar tentang perbandingan plot, visual, dan audio. Squid Game vs Alice in Borderland dapet skor 3-0 dari Bang Timothy. Serasa kayak final chapter COC Season 2 aja dah! HAHAHAHAHA!
Kalau dari penilaianku tentang dunia perfilman dan segi keuntungannya(?) logikanya sih gini, semakin sukses film tersebut, pasti penggemarnya juga banyak sekali. Ada aja penggemar film tersebut yang bikin ocehan, "Bikin lanjutannya dong! Bikin sekuelnya dong! Bikin season 2-nya dong! Wash wesh wosh wash wesh wosh ...." Nah, di situlah akhirnya si film sukses itu merilis "adik" mereka, biar tambah untung.
Coba kita lihat film-film Indonesia yang sudah sukses mampus, laris manis di pasar dunia hiburan. Ada film Agak Laen, Miracle in Cell No.7 versi Indonesia, dan KKN di Desa Penari. Tiga film itu sukses besar, kan? KKN di Desa Penari ada sekuelnya; Miracle in Cell No.7 versi Indonesia juga laris, bahkan Indonesia sampe nekat bikin sekuelnya, yang menurutku gak penting-penting amat, tapi tetep bagus; dan Agak Laen, bakalan ada sekuelnya bulan November nanti, tapi genrenya bukan horor.
Ada pula nih di bagian barat sana, Disney. Tau lah ya production house yang satu ini, tanya kakek-nenek atau adik-adik kau sekalipun, pasti sebagian besar tahu lah Disney.
Disney pernah membuat serial Rapunzel's Tangled Adventure pada tahun 2017, petualangan Rapunzel bersama pacarnya, Eugene. Serta sahabat barunya yaitu Cassandra yang merupakan seorang dayang + anak dari kapten prajurit kerajaan. Serial ini dibikin sampe 3 season. Awal-awal aku antusias nontonnya, tapi lama-lama jenuh juga. Lama amat sampe 3 season, masalahnya apaan sih? Tentang pengembalian batu matahari dan batu bulan yang kembali ke luar angkasa? Ah ... bingung!
Tapi, kalau dari sisi original soundtrack? Bagus-bagus banget .... Disney mah gak pernah gagal bikin OST. Mau film Snow White live action yang aneh itu aja, lagu barunya yang berjudul Hand Meets a Hand bagus (menurut aku yak wekekekekek).
Gimana kalau kalian? Tim Alice in Borderland atau Squid Game? Aku sih Squid Game, karena aku taunya Squid Game, meskipun FOMO sekadar nonton MV theme song dan nonton adegan Red Light Green Light nya doang. HE HE HE HE HE HE ....
***
Baik, sekian postinganku kali ini. Panjang betul, yak? Padahal tadi aku ngetik sekitar jam 11 siang, terus dijeda makan siang jam 1 siang, sekarang udah mau jam 2. Tidur siang dulu ah. Kalau udah seger, baru ngerjain proposal ....
Antara tulus atau gak tulus? HARUS TULUS LAH, YA! GILE LO!
Okeh, sampai jumpa di postingan berikutnya! Dadaahhhh, have a nice weekend!
Sumber gambar
- https://www.hollywoodreporter.com/
- Dokumen pribadi
- https://media.tenor.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar